Rabu, 24 Agustus 2011
Jejaring sosial menurunkan minat baca pada anak
LONDON (SoB News) - Sebuah penelitian yang dilakukan National Literacy Trust yang berpusat di Inggris mengungkapkan mayoritas anak sekolah di Inggris lebih memilih melakukan kegiatan dengan telepon seluler atau komputer dibandingkan membaca buku.
Anak-anak lebih memilih membaca melalui perangkat teknologi, seperti sms, email, dan pesan dalam jejaring sosial. Ironinya buku digital menjadi pilihan paling tidak populer untuk anak-anak. Dalam riset ini terungkap anak-anak mulai meninggalkan kebiasaan membaca saat lulus dari bangku sekolah dasar (SD).
Hasilpenelitian mengungkapkan adanya penurunan tajam kegiatan membaca buku hingga sepuluh kali lipat pada anak berumur 8 hingga 17 tahun bila dibandingkan saat mereka berada di sekolah dasar.
Survei yang melibatkan 18 ribu anak sekolah di Inggris ini juga menunjukkan 13 persen anak tidak selesai membaca satu buku pun sejak satu bulan belakangan dan kurang dari 50 persen anak usia 8 sampai 17 tahun membaca sebuah novel setiap bulan.
Terkait hal tersebut, Direktur National Literacy Trust, Jonathan Douglas, mengingatkan mereka yang kurang membaca pada usia kanak-kanak berpotensi mengalami masalah literasi ketika dewasa.
“Kami khawatir kalau nantinya ada satu dari enam orang dewasa yang memiliki hambatan literasi, yang terparah adalah mereka membaca pada level anak umur sebelas tahun,” ujarnya seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (22/8/2011).
Karen aitu ia menyarankan agar anak-anak segera dibantu dengan mulai membatasi dan mengontrol kegiatan online mereka seperti jejaring sosial dan game, serta memberikan bahan bacaan yang menarik, sehingga mereka mulai membaca dan mencintai buku.
Kalau di Inggris yang minat baca masyarakatnya tergolong tinggi saja dampak ‘dunia online’ menurunkan minat baca, bagaimana dengan di Indonesia? (TI/arrahmah.com),
Tapi kalau ke Facebook buat baca blog Spirit of Beyond tentu saja malah menambah minat baca
Label:
Cybertech
|
0
komentar
Selasa, 09 Agustus 2011
Koneksi Internet Lewat Sinar Lampu
SaT News. Ketika berinternet, baik saat di kedai kopi, memanfaatkan wifi gratis di ruang rapat, sampai mencuri koneksi internet tetangga sebelah, Anda kemungkinan akan mengalami frustasi karena lambatnya kecepatan internet ketika banyak alat terhubung ke satu jaringan.
Semakin banyak pengguna, semakin banyak perangkat, yang terhubung ke internet secara nirkabel, gelombang udara yang tersumbat akan menyulitkan pengguna untuk mendapatkan kekuatan sinyal.
Namun demikian, gelombang radio bukanlah satu-satunya bagian dari spektrum yang bisa membawa data. Ada gelombang lain yang bisa digunakan untuk menjelajah Internet.
Dikutip dari Good Technology, 9 Agustus 2011, Harald Haas, fisikawan Jerman mengungkapkan solusi baru yang ia sebut sebagai “data lewat iluminasi’ atau membawa fiber keluar dari fiber optik dengan mengirimkan data lewat lampu LED yang memiliki intensitas bervariasi yang jauh lebih cepat dibanding yang bisa ditangkap manusia.
Idenya sama dengan remote control imfra merah. Namun lebih kuat.
Haas menyebutkan, temuannya ini, yang ia sebut D-Ligth, bisa menghasilkan transmisi data dengan kecepatan di atas 10 megabit per detik yang jauh di atas kecepatan rata-rata sambungan broadband saat ini.
Menurut Haas, di masa depan data yang akan dipancarkan ke laptop, smartphone, dan tablet akan ditransmisikan lewat lampu yang ada di ruangan. Dan masalah soal keamanan juga jadi sangat mudah. Jika sinar lampu tidak ada, data tidak bisa ditransmisikan.
Haas berpendapat, banyak hal yang bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi ini. Mulai dari akses internet publik lewat lampu jalanan, sampai kendaraan yang dikemudikan secara otomatis lewat lampu depannya.
Selain itu, data yang hadir melalui spektrum yang bisa dilihat seperti cahaya lampu bisa membantu meredakan kekhawatiran bahwa gelombang elektromagnetik yang hadir bersama WiFi dapat merusak kesehatan. (eh)
• VIVAnews
Label:
Cybertech
|
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)